Mengetahui
ciri-ciri ilmu yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat sangatlah penting.
Oleh karena itu, berikut ini dijelaskan beberapa ciri ilmu yang bermanfaat dan
yang tidak bermanfaat, yang diambil dari kitab Al-Hafiz Ibnu Rajab Al-Hanbali
yang berjudul Bayan Fadhli ‘Ilmissalaf ‘ala ‘Ilmilkhalaf.
Ciri-ciri
ilmu yang bermanfaat di dalam diri seseorang yaitu:
- Menghasilkan rasa takut dan cinta kepada ALLAH.
- Menjadikan hati tunduk atau khusyuk kepada ALLAH dan merasa hina di hadapan-Nya dan selalu bersikap tawaduk.
- Membuat jiwa selalu merasa cukup (qanaah) dengan hal-hal yang halal walaupun sedikit yang itu merupakan bagian dari dunia.
- Menumbuhkan rasa zuhud terhadap dunia.
- Senantiasa didengar doanya.
- Ilmu itu senantiasa berada di hatinya.
- Menganggap bahwa dirinya tidak memiliki sesuatu dan kedudukan.
- Menjadikannya benci akan tazkiah dan pujian.
- Selalu mengharapkan akhirat.
- Menunjukkan kepadanya agar lari dan menjauhi dunia. Yang paling menggiurkan dari dunia adalah kepemimpinan, kemasyhuran dan pujian.
- Tidak mengatakan bahwa dia itu memiliki ilmu dan tidak mengatakan bahwa orang lain itu bodoh, kecuali terhadap orang-orang yang menyelisihi sunnah dan ahlussunnah. Sesungguhnya dia mengatakan hal itu karena hak-hak ALLAH, bukan untuk kepentingan pribadinya.
- Berbaik sangka terhadap ulama-ulama salaf (terdahulu) dan berburuk sangka pada dirinya.
- Mengakui keutamaan-keutamaan orang-orang yang terdahulu di dalam ilmu dan merasa tidak bisa menyaingi martabat mereka.
- Sedikit berbicara karena takut jika terjadi kesalahan dan tidak berbicara kecuali dengan ilmu. Sesungguhnya, sedikitnya perkataan-perkataan yang dinukil dari orang-orang yang terdahulu bukanlah karena mereka tidak mampu untuk berbicara, tetapi karena mereka memiliki sifat wara’ dan takut pada ALLAH Ta'ala.
Sedangkan ciri-ciri ilmu yang tidak bermanfaat di
dalam diri seseorang iaitu:
- Ilmu yang diperoleh hanya di lisan bukan di hati.
- Tidak menumbuhkan rasa takut pada ALLAH.
- Tidak pernah kenyang dengan dunia bahkan semakin bertambah semangat dalam mengejarnya.
- Tidak dikabulkan doanya.
- Tidak menjauhkannya dari apa-apa yang membuat ALLAH murka.
- Semakin menjadikannya sombong dan angkuh.
- Mencari kedudukan yang tinggi di dunia dan berlomba-lomba untuk mencapainya.
- Mencoba untuk menyaing-nyaingi para ulama dan suka berdebat dengan orang-orang bodoh.
- Tidak menerima kebenaran dan sombong terhadap orang yang mengatakan kebenaran atau berpura-pura meluruskan kesalahan karena takut orang-orang lari darinya dan menampakkan sikap kembali kepada kebenaran.
- Tidak menerima kebenaran dan sombong terhadap orang yang mengatakan kebenaran atau berpura-pura meluruskan kesalahan karena takut orang-orang lari darinya dan menampakkan sikap kembali kepada kebenaran.
- Mengatakan orang lain bodoh, lalai dan lupa serta merasa bahwa dirinya selalu benar dengan apa-apa yang dimilikinya.
- Selalu berburuk sangka terhadap orang-orang yang terdahulu.
- Banyak bicara dan tidak bisa mengontrol kata-kata.
Al-Hafiz Ibnu Rajab Al-Hanbali berkata:
“Di saat sekarang ini,
manusia boleh memilih apakah dia itu ridha untuk dikatakan sebagai seorang
ulama di sisi ALLAH ataukah dia itu tidak ridha kecuali disebut sebagai seorang
ulama oleh manusia di masanya. Barang siapa yang merasa cukup dengan yang
pertama, maka dia akan merasa cukup dengan itu… Barang siapa yang tidak ridha
kecuali ingin disebut sebagai seorang ulama di hadapan manusia, maka jatuhlah
ia (pada ancaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam): "Barang
siapa yang menuntut ilmu untuk menyaing-nyaingi para ulama, mendebat
orang-orang bodoh atau memalingkan wajah-wajah manusia kepadanya, maka dia itu
telah mempersiapkan tempat duduknya dari neraka"
Tiada ulasan:
Catat Ulasan