Sejarah membolehkan individu itu mengenali dirinya. Misalnya, sejarah yang dipenuhi dengan kejayaan-kejayaan yang membanggakan, akan dikenangnya dan akan dijadikan dasar kepada kehidupannya hari ini. Sejarah adalah untuk pengetahuan diri manusia. Misalnya, kemunculan sesebuah negara akan diikuti dengan zaman kegemilangan dan akhirnya mungkin mengalami zaman kejatuhan. Kejadian ini seolah-olah memberikan petunjuk kepada manusia agar sentiasa bersiap sedia dan berwaspada bagi mengelakkan kejadian yang sama berlaku lagi.
Bagi tujuan itu, kami meluangkan masa dalam kembara kami untuk melihat kesan sejarah Yogyakarta. Tinggalan sejarah Yogyakarta ini sungguh mengagumkan. Bagaimanakah mereka dapat melakar sejarah mereka sehingga buktinya kekal ke hari ini? Berikut adalah antara tinggalan sejarah yang sempat kami lawati.
1. Kotagede
Kotagede merupakan saksi bisu dari tumbuhnya Kerajaan Mataram Islam yang pernah menguasai hampir seluruh Pulau Jawa. Makam para pendiri Kerajaan Mataram Islam, reruntuhan tembok benteng, dan peninggalan lain bisa kita temukan di Kotagede.
Masjid Tua Kotagede
Berkelana ke Kotagede tidak akan lengkap jika tidak berkunjung ke Masjid Kotagede, masjid tertua di Yogyakarta yang masih berada di kompleks makam. Masjid telah beberapa kali direnovasi. Terdapat beduk besar di masjid ini. Di hadapan masjid didirikan jam yang bertiang dan unik sekali. Masjid ini masih lagi digunakan pada masa ini. Setelah itu tak ada salahnya untuk berjalan kaki menyusuri lorong sempit di balik tembok yang mengelilingi kompleks makam untuk melihat arsitekturnya secara utuh dan kehidupan sehari-hari masyarakat Kotagede.
Kompleks Makam Pendiri Kerajaan Mataram Islam
Berjalan 100 meter ke arah selatan dari Pasar Kotagede, kita akan menemukan kompleks makam para pendiri kerajaan Mataram Islam yang dikelilingi tembok yang tinggi dan kokoh. Gapura ke kompleks makam ini memiliki ciri arsitektur Hindu. Setiap gapura memiliki pintu kayu yang tebal dan dihiasi ukiran yang indah.
Beberapa abdi dalem berbusana adat Jawa menjaga kompleks ini 24 jam sehari. Kita akan melewati 3 gapura sebelum sampai ke gapura terakhir yang menuju bangunan makam. Untuk masuk ke dalam makam, kita harus mengenakan busana adat Jawa (bisa disewa di sana). Pengunjung hanya diperbolehkan masuk ke dalam makam pada Hari Minggu, Senin, Kamis, dan Jumat pukul 08.00 - 16.00. Untuk menjaga kehormatan para pendiri Kerajaan Mataram yang dimakamkan di sini, pengunjung dilarang memotret / membawa kamera dan mengenakan perhiasan emas di dalam bangunan makam. Tokoh-tokoh penting yang dimakamkan di sini meliputi: Sultan Hadiwiijaya, Ki Gede Pemanahan, Panembahan Senopati, dan keluarganya.
2. Kraton (Istana)
Kraton Yogyakarta tidak hanya menjadi tempat tinggal raja dan keluarganya semata, namun juga menjadi penjaga nyala kebudayaan Jawa. Di tempat ini kita dapat belajar dan melihat secara langsung bagaimana budaya tetap dilestarikan di tengah laju perkembangan dunia.
Kraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat atau yang sekarang lebih dikenal dengan nama Kraton Yogyakarta merupakan pusat dari museum hidup kebudayaan Jawa yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Tidak hanya menjadi tempat tinggal raja dan keluarganya semata, Kraton juga menjadi kiblat perkembangan budaya Jawa, sekaligus penjaga nyala kebudayaan tersebut. Di tempat ini wisatawan dapat belajar dan melihat secara langsung bagaimana budaya Jawa terus hidup serta dilestarikan.
Kraton Yogyakarta dibangun oleh Pangeran Mangkubumi pada tahun 1755, beberapa bulan setelah penandatanganan Perjanjian Giyanti. Dipilihnya Hutan Beringin sebagai tempat berdirinya kraton dikarenakan tanah tersebut diapit dua sungai sehingga dianggap baik dan terlindung dari kemungkinan banjir. Meski sudah berusia ratusan tahun dan sempat rusak akibat gempa besar pada tahun 1867, bangunan Kraton Yogyakarta tetap berdiri dengan kokoh dan terawat dengan baik.
3. Tamansari
Tamansari adalah taman kerajaan atau pesanggrahan Sultan Yogya dan keluarganya. pada zaman dulu Sebenarnya selain Taman Sari, Kesultanan Yogyakata memiliki beberapa pesanggrahan seperti Warungboto, Manukberi, Ambarbinangun dan Ambarukmo. Kesemuanya berfungsi sebagai tempat tetirah dan bersemadi Sultan beserta keluarga. Disamping komponen-komponen yang menunjukkan sebagai tempat peristirahatan, pesanggrahan-pesanggrahan tersebut selalu memiliki komponen pertahanan. Begitu juga halnya dengan Tamansari.
Letak Tamansari hanya sekitar 0,5 km sebelah selatan Kraton Yogyakarta. Arsitek bangunan ini adalah bangsa Portugis, sehingga selintas seolah-olah bangunan ini memiliki seni arsitektur Eropa yang sangat kuat, disamping makna-makna simbolik Jawa yang tetap dipertahankan. Namun jika kita amati, makna unsur bangunan Jawa lebih dominan di sini. Tamansari dibangun pada masa Sultan Hamengku Buwono I atau sekitar akhir abad XVII M. Tamansari bukan hanya sekedar taman kerajaan, namun bangunan ini merupakan sebuah kompleks yang terdiri dari kolam pemandian, kanal air, ruangan-ruangan khusus dan sebuah kolam yang besar (apabila kanal air terbuka).
4. Masjid Purba Bawah Tanah
Masjid ini terletak di kompleks Tamansari. Ada orang menamakannya Masjid Bawah Tanah. Sebenarnya ia adalah tempat bersolat Sultan pada zaman kerajaan Sultan Hamengku Buwono I atau sekitar akhir abad XVII M semasa Sultan beristirehat di Tamansari bersama keluarganya. Ia memang terletak di bawah tanah. Bentuknya melingkar bulat. Ruangan di tengah-tengahnya terdapat Sumur Gemuling iaitu tempat mengambil wudhuk. Di atas Sumur Gemulig ini ada pentas yang bertangga, dipercayai tempat untuk melaungkan azan. Ada juga terdapat ruang Imam atau mimbar.
5. Candi Borobudur, Candi Prambanan dan Candi Mendut
Siapa tak kenal Candi Borobudur? Borobudur adalah candi Budha terbesar di abad ke-9 yang berukuran 123 x 123 meter. Candi Borobudur selesai dibangun berabad-abad sebelum Angkor Wat di Kamboja.Candi Budha ini memiliki 1460 relief dan 504 stupa Budha di kompleksnya. Jutaan orang mendamba untuk mengunjungi bangunan yang termasuk dalam World Wonder Heritages ini. Tak mengherankan, sebab secara arsitektural maupun fungsinya sebagai tempat ibadah, Borobudur memang memikat hati. Berdasarkan prasasti Kayumwungan, seorang Indonesia bernama Hudaya Kandahjaya mengungkapkan bahwa Borobudur adalah sebuah tempat ibadah yang selesai dibangun 26 Mei 824, hampir seratus tahun sejak masa awal dibangun. Nama Borobudur sendiri menurut beberapa orang berarti sebuah gunung yang berteras-teras (budhara), sementara beberapa yang lain mengatakan Borobudur berarti biara yang terletak di tempat tinggi.
Candi Prambanan pula adalah mahakarya kebudayaan Hindu dari abad ke-10. Bangunannya yang langsing dan menjulang setinggi 47 meter membuat kecantikan arsitekturnya tak tertandingi. Candi Prambanan adalah bangunan luar biasa cantik yang dibangun di abad ke-10 pada masa pemerintahan dua raja, Rakai Pikatan dan Rakai Balitung. Menjulang setinggi 47 meter (5 meter lebih tinggi dari
Candi Borobudur), berdirinya candi ini telah memenuhi keinginan pembuatnya, menunjukkan kejayaan Hindu di tanah Jawa. Candi ini terletak 17 kilometer dari pusat kota Yogyakarta, di tengah area yang kini dibangun taman indah. Candi Prambanan memiliki 3 candi utama di halaman utama, yaitu Candi Wisnu, Brahma, dan Siwa. Ketiga candi tersebut adalah lambang Trimurti dalam kepercayaan Hindu. Ketiga candi itu menghadap ke timur. Setiap candi utama memiliki satu candi pendamping yang menghadap ke barat, yaitu Nandini untuk Siwa, Angsa untuk Brahma, dan Garuda untuk Wisnu. Selain itu, masih terdapat 2 candi apit, 4 candi kelir, dan 4 candi sudut. Sementara, halaman kedua memiliki 224 candi.
Manakala Candi Mendut adalah candi lebih tua dari Candi Borobudur. Arsitekturnya persegi empat dan mempunyai pintu masuk di atas tangganya. Atapnya juga persegi empat dan bertingkat-tingkat, ada stupa di atasnya.Candi Mendut terletak 3 km ke arah timur dari Candi Borobudur, merupakan candi Budha yang dibangun tahun 824 Masehi oleh Raja Indera dari wangsa Syailendra. Di dalam Candi Mendut terdapat 3 (tiga) patung besar iaitu Cakyamuni yang sedang duduk bersila dengan posisi tangan memutar roda dharma, Awalokiteswara sebagai Bodhi Satwa membantu umat manusia, dan Maitreya sebagai penyelamat manusia di masa depan.
6. Bangunan Peninggalan Penjajah Belanda
Selama ratusan tahun mendiami Indonesia, termasuk Yogyakarta, Belanda meninggalkan sejumlah bangunan bersejarah. Bangunan-bangunan itu oleh warga Yogyakarta sering disebut loji karena ukurannya yang besar dengan halaman yang luas. Beberapa loji peninggalan itu kini bisa dinikmati keindahannya dengan sedikit biaya, hanya perlu menyusuri kawasan pusat kota Yogyakarta, bermula dari perempatan Kantor Pos Besar atau kilometer 0.
Loji tertua di Yogyakarta terletak persis di seberang Kantor Pos Besar, yaitu sebuah bangunan yang kini dinamai Benteng Vredeburg. Bangunan benteng yang sering disebut Loji Besar atau Loji Gede itu dibangun pada tahun 1776 - 1778, hanya dua tahun berselang setelah berdirinya Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, salah satu pecahan kerajaan Mataram. Benteng yang semula bernama Rustenburg itu konon sengaja didirikan di poros Kraton - Tugu agar bisa mengawasi gerak-gerik Kraton.
Kini, anda bisa menyusuri setiap sudut Loji Besar tersebut karena kawasan itu telah dibuka untuk umum. Selain bangunan benteng yang memiliki rancang bangun khas Eropa, anda juga bisa melihat diorama perjuangan Indonesia meraih kemerdekaan. Satu yang janggal dari benteng ini adalah namanya yang tak cocok dengan gambaran sebuah benteng, Rust berarti istirahat, vrede berarti perdamaian sedangkan burg berarti benteng. Rustenberg yang berarti benteng peristirahatan atau Vredeburg yang berarti benteng perdamaian jelas bukan nama yang tepat.
Sumber: http://www.yogyes.com/